Jumat, 21 Januari 2011

Tomboi dan Ulat Bulu


Telah dimuat di Jawa Pos For Her, Kamis 20 Januari 2011.
Dalam rubrik Diary's Corner.
Senangnya dalam hati :)

Tomboi dan ulat bulu.

Waktu kelas tiga smp, teman – teman seringkali memanggilku dengan sebutan ulat bulu. Kalian tahu kenapa? Karena model rambut pendekku yang cepak sasak seperti laki – laki. “ Ulat bulu di kepala! “ teriak mereka ketika aku berjalan membelakangi. Gaya tomboi sesuai kepribadianku. Dari ujung kepala hingga jari – jari kaki serba laki – laki. Ejekan teman – teman membuatku kesal. Ku ceritakan semuanya kepada ibu. Beliau lantas berkata, “ nak, kamu tahu kupu – kupu? Saat masih berupa ulat banyak orang yang jijik, geli lalu mengusirnya tapi lihatlah ketika ulat berubah menjadi kupu – kupu begitu banyak orang yang menyukainya. Indah. Begitu juga hidupmu. Kamu harus menjadi dirimu sendiri. Okay. . overall, tomboi adalah diriku dan aku harus menjadi diriku sendiri.

Lelaki di depan Pintu


Lelaki di depan pintu

Ungkapan ini ku tulis untuk lelaki yang telah mencintai ibu saya selama lebih dari 20 tahun. Lelaki teladan dan penuh cintanya memberi saya keberanian untuk mengejar mimpi saya sendiri. Yang secara rutin menolong saya, kedua adik saya dan memelihara kebun keluarga kami. Seorang teman yang menyenangkan,selalu membuat kami mengeluarkan air mata bahagia dan terbahak – bahak. Kepala keluarga yang terus – menerus mengajari kami cara mendengarkan kebijaksanaan dalam diri. Tetapi dimanakah engkau? Kami sudah belajar melupakan kesalahan masa lalu setelah kau pergi. Kami semua menunggumu. Akan setia hingga kau mengetuk pintu. Berada di depan pintu. Kembali.