Juliet mengklik menu logout pada icon facebooknya. Ia mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya pelan. Baru saja ia meremove Romeo dari akun fb miliknya. Sebulan yang lalu mereka menjalin hubungan, ya… mereka pacaran. Mereka berdua adalah teman satu sekolahku di SMA Harapan namun kami berbeda kelas. Juliet adalah sahabat baikku, dia cantik, sopan, dan agak pendiam. Sifat pendiam itulah yang membuat banyak teman sekelasku tertarik padanya. Misterius, begitu kesan mereka.
“Adish…. nitip salam buat Juliet ya!”cetus Adi
“Enak aja loe, Juliet itu sukanya sama gue tahu” timpal Robin tak mau kalah
“Aduh…, please deh kalian berdua!”
“Juliet kan punya Romeo!”
“Gue nggak peduli, selama janur kuning belum melengkung!”
“Setuju Rob! Kita tetap berjuang!”
Adi, Robin dan beberapa teman sekelasku yang tentunya tertarik kepada Juliet masih beradu pendapat. Berkerumun, menyodorkan surat beramplop merah jambu, bunga, kado dan beberapa cokelat untuk menyogokku. “Aduh beruntung banget loe Juliet, sementara gue di sini jadi mak-mak comblang. Apa kata dunia?”
***
Hari itu agak mendung, bel pulang sekolah berbunyi panjang seperti biasa, aku menunggu Juliet di bangku taman depan kelasku XII IPA 4. Ku keluarkan sebuah novel berjudul “Autumn in Paris” karya Lena Tan, yang baru saja ku pinjam dari perpustakaan sekolah. Lembar per lembar mulai kubaca dengan ekspresi seadanya, namun hal itu tidak bertahan lama. Ada yang mengganggu konsentrasiku. “Oh My God …. Adit!” batinku. Dia tengah berjalan menyusuri koridor kelas dan sebentar lagi melewatiku. Aku terpaku memperhatikan sosoknya dalam-dalam. Dari ujung kaki hingga kepala kuperhatikan seksama. Adit cowok yang belakangan ini mengacaukan pikiranku, membuat hatiku cenat-cenut dan mengharuskanku untuk selalu menunggu. Menunggu balasan sms darinya, satu sms saja bisa membuatku bersemangat sepanjang hari dan gilaaaaaa.
“Hei, bengong aja loe?” seseorang menepuk pundakku dari arah samping
“Aaaa…. anuuu… Gue lagi nungguin Juliet” jawabku gagu. Tak kusadari Adit sudah duduk di sebelahku, tersenyum melihat tingkahku. Lalu mencubit lembut pipiku, membuatku mati sejenak. Lunglai. Aku mengenal Adit dari Juliet, mereka berdua satu kelas di XII IPA 2. Lama kami bercanda dan tertawa lepas hingga Juliet datang bersama Romeo. Kami saling menyapa.
“Hai Juliet, hai Romeo!” aku dan Adit kompak menyapa mereka berdua tanpa komando. Mereka berdua pun tersenyum membalas “say hi” dari kami.
“Gila kalian berdua”so romantic” godaku
“Romeo dan Juliet” Adit menambahi dengan sedikit senyum yang dipaksakan.
“Adish dan Adit” jawab mereka balik menggoda
“Bisa aja loe!” kita hanya ngobrol kok
“Gue nungguin loe tahu, Juliet… ayo pulang!”
“Iya…iya …. Adish sayang”
Kami berempat lalu berpisah, sedikit berlari berpayung tas menghindari rinau hujan yang tiba-tiba turun. Menuju halte. Selama menunggu angkot, aku masih teringat senyum terakhir Adit yang sedikit dipaksakan. Ehm…. mungkin dia berpikir mengenai kisah cinta Romeo dan Juliet yang terkenal itu. Berakhir dengan sebuah kematian akibat meminum racun, menguji kesetiaan cinta. Sungguh tragis, dan dia tidak berharap kisah itu juga menimpa Romeo dan Juliet teman kami. Tiba-tiba Juliet mengagetkanku seraya berpendapat bahwasanya aku tengah memikirkan Adit. Aku pun tersenyum malu dengan pipi merona. Juliet terus menggodaku hingga akhirnya ku ceritakan tentang perasaan dan ketertarikanku kepada Adit. Adit itu baik, smart, tinggi, ramah, cakep…. blaa…. blaaa…… blaaa………. ku keluarkan 1001 alasan kenapa aku menyukainya.
***
Seminggu berlalu …….
Kulirik jam mungil yang melingkar di tangan kiriku. Warnanya hijau ranum setidaknya menyegarkan mata yang berat menahan kantuk. Seperti saat ini, 2 jam lebih 15 menit belajar matematika dengan rumus-rumus trigonometri yang membuatku agak pusing. Bukan bermaksud untuk menyepelekan pelajaran ini tapi apa daya otak ini tak mampu mencerna, seharusnya di saat ini otak kirikulah yang harus bekerja tapi ternyata otak kananku lebih unggul dan menyalahi aturan. Ku mulai menggoreskan pensil, bukan untuk mengerjakan soal latihan melainkan menggambar iseng siluet subuh wanita tengah menulis pada white board. Berkembang menjadi sketsa hitam putih dengan rambut kriwul ala Giring Nidji. Yaahh… aku menggambar guruku dan hasilnya pun sama persis, komentar temanku cekikikan. Setelah kutunjukkan kepada mereka.
“Ada apa ini?” Bu Giring (bukan nama sebenarnya) menoleh ke belakang menatap tajam.
“….#1@**??”
Beberapa anak yang mengetahui kejadian sebenarnya mengeluarkan suara-suara tidak jelas.
“Gila loe Dish” Robin memiringkan telunjuk tepat dikeningnya
“Weeek”! aku hanya menjulurkan lidah tanda kepuasan atas kejahilanku, tak lupa aku memberi judul pada gambar itu
Masalah 1
Trigonometri
Bel istirahat berbunyi, aku bergegas meninggalkan kelas menuju perpustakaan. Di sepanjang koridor aku menyapa setiap teman yang sekiranya aku kenal. Sedikit senyuman dan keramahan bisa membuat hidup kita menjadi lebih indah setidaknya di mata orang lain. Aku mempercepat langkah kala menginjak lantai kelas Adit di XII IPA 2 yang bersebelahan dengan perpustakaan, jantungku berdegup kencang dag-dig-dug, dag-dig-dug. Kalian tahu kenapa? Adit dia lagi penyebabnya. Aku lebih memilih pergi ke perpustakaan dari pada mengisi perut ke kantin dengan 1000 lebih murid yang berjubel. Bagiku perpustakaan jauh lebih nyaman. Tiba-tiba, gedubrak….
“Awas hati-hati” seorang meraih tanganku, menopangku agar tidak terjatuh.
“Eng….#?!$$ sorry dit gue ngga ngeliat kalau ada orang”
“Iya ngga apa-apa Adish sayang!”
“Iih kok sayang sih?”
“Juliet biasa manggil loe gitu kan”
“Hahaha..” kami tertawa bersama
Obrolanku dengan Adit berlanjut ke meja baca perpustakaan. “Mimpi apa gue semalem”, batinku. Tak berapa lama mataku menangkap sosok Romeo tengah berjalan bersama seorang cewek. Tapi cewek itu bukan Juliet seperti yang kuduga.
“Cewek itu kan anak kelas X?” kataku lirih
“Oh, mereka?” Romeo dan Juliet udah putus kemarin
“Apa?” kok dia ngga crita sama gue?”
“Belum sempat mungkin”
“Kurang ajar nih cowok, selingkuh di belakang sahabat gue,” aku geram
Lalu kuputuskan menunggu Juliet hingga jam pulang sekolah dengan perasaan tak tenang. Membayangkan bagaimana perasaan Juliet. Sebagai sahabat tentunya aku harus selalu di sampingnya, mendukungnya. Akhirnya aku menemui Juliet dan membawanya ke bangku taman tepat di depan kelasku. Belum aku berkata sepatah pun, ia menangis di pundakku. Aku mengelus lembut rambutnya. “Everything gonna be okay Juliet,” bisikku. Juliet mulai bisa tersenyum saat aku mengeluarkan suara. Kulantunkan kata-kata semau mulutku dengan nada yang sembarang keluar begitu saja.
Hari ini kurasakan
Kau begitu sakiti aku
Apa sebenarnya yang menyita hatimu
Kau perlahan menjauh tak sedekat dulu
Hanya kebohongan
Rasa bersalah
Rasa berdosa
Yang ku ingin hanya satu ucap kejujuran.
Terdengar kami menangis terbahak-bahak, lagu itu begitu lucu saat kunyanyikan.
“Sepertinya aku berbakat menjadi musisi” kataku
“Mungkin?” kami berpelukan tersenyum lalu pulang, dan melupakan masalah dengan Romeo.
***
Tiga hari berlalu setelah Romeo dan Juliet memutuskan hubungan. Tepat di hari ketiga itu, aku bangun seperti biasa dan mendapati diriku demam. Kuputuskan untuk izin beristirahat di rumah. Mama pun mengirimkan surat izin ke sekolah. Drrrrrrttt, hpku bergetar tanda sms masuk 2 new massage dari Juliet dan Adit. Mereka berdua menanyakan keadaanku. Ku ketik pesan yang sama persis untuk keduanya. Aku hanya demam biasa jangan kuatir :), lalu mengirimkannya. Ketika menutup mata, berniat untuk beristirahat dan menghilangkan sedikit rasa pusing. Hpku lagi-lagi bergetar, mungkin sms dari Juliet atau Adit membalas smsku. Tapi bukan, sms dari Robin yang isinya “Hei Dish… coba deh loe lihat di facebook”
“Ada apa sih?” ok, masih loading nih hp.” balasku
Aku perhatikan detail status terbaru, terpopuler, kotak masuk, profilku Adish Adelia, hingga pemberitahuan. Sudah menjadi kebiasaan Robin menyebarkan sms jika ada sesuatu yang heboh di facebook. Akhirnya mataku menemukannya status terbaru dari Juli Juliet yang berpacaran dengan Adit Sinaga. Aku terbelalak, apa arti semua ini? Juliet tahu aku menyukainya. Senyum Adit yang aneh karena terlihat dipaksanakn. Tak habis kupikir Juliet yang pendiam ternyata… Alamaak…. lagu yang kemarin kunyanyikan untuknya ku rasa lebih mewakili diriku untuk saat ini, pikirku. Teess…. air mataku jatuh. Bukan kisah Romeo dan Juliet batinku. Aku pasrah.