Selasa, 04 September 2012

Puisi: Muara Juang


Puisi ini inspirasi dari teman seperjuanganku yang sudah kuanggap sebagai saudara (semoga), yang sering kali meminta untuk dibuatkan puisi dan dibuat aransemen lagu. HAHAHA! Seadanya ya saudara, ternyata sangat sulit. Puisi bukan sekedar goresan  tapi rasa dengan diksi yang tak bisa dipaksakan hehe.

Muara Juang
Manusia terlahir untuk dimatikan
Aku melewati fase dewasaku
Kehidupan putih, namun hitam adalah diriku
Fokus dengan tujuan pasti memuai dalam benak
Panas sebuah persaingan
Mata hati durja, sinis, licik, penuh selidik
Mulut telinga mengatup seolah murtad
Aku manusia durhaka
Tersesat, nasihat seolah intermezzo
Dilema luar biasa
Aku pun menepi, tak sanggup jalani
Tak sesuai nurani, lantang!
Semua yang fana kucoba, adsurb
Kini hatiku keruh tak tersentuh
Tak mengenal TUHAN
Menjadi pribadi pelupa atas hak kewajiban hakiki manusia
Menyesal, malas dan lalai bebas
Dosa kuanggap hina
Diriku bangkit, merdeka terkungkung lubang hitam
Hidup ini sementara, ibarat detik
Mengerti dan takzim bahwa muara juang
Berjuang untuk kemaslahatan
Aku tak mau menunggu terlalu lama
Hingga tak mampu bernafas dan raga ini lengas

Firda Alfiani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar