Lihatlah rinai hujan di luar
sana, sebanyak itulah aku merindukanmu. Kata-kata mujarab yang selalu kau
ungkapkan ketika hujan datang. Masih di bawah pohon trembesi, ku hirup sejuknya
angin segar, tanah basah dengan aroma khasnya dan daun yang gugur di pangkuan.
“Hai Rinai, masihkah kau
mengingatku?”
“Tentu.” Tersenyum simpul,
duduk bersila disampingku, direrumputan hijau. Manis segar. Seperti biasa.
“Dahulu, aku sangat membenci
hujan, karenanya aku tak bisa bermain bola di lapangan. Bermain bola! Itu kesukaanku
Rinai. Karena hujan kita basah kuyup, flu dan sakit. Selama tiga hari aku tak
bisa bertemu denganmu, canda tawa, dan diskusi kita tentang hujan yang tak
pernah berujung dan berakhir. Tanpa titik dan koma.”
“Sekarang kau lebih banyak
bicara.” Lagi-lagi Rinai tersenyum, wajah itu bersinar.
“Kau menularkan virus
cerewetmu, kamu harus tahu itu! Kau menularkan virus rinai hujanmu, kamu harus
tahu itu!” Lantang dengan senyum merekah, kuucapkan.
“Roger that, Sir! Aku sudah
menyelesaikan misi rahasiaku. Ya. Membuatmu menyukai hujan.” Rinai muram,
wajahnya meredup. Tak tersenyum lagi. Ia berlari sangat kencang, meninggalkanku
hingga aku tak mampu melihat punggungnya. Ia menangis.
Hujan turun lagi, kali ini
lebih deras. Aku menggigil, dingin, pilu, air mataku bercampur denganmu Rinai.
Rinai hujan. Aku getir mengingat tragedi setahun yang lalu, ditempat ini, dalam
derasnya hujan, kita berdansa dan berbahagia, bermain kejar-kejaran hingga
tanpa kuduga kau berlari terlalu jauh. Jauh. Tak terjangkau olehku. Kau terjatuh
di tanah beraspal, kepalamu berdarah bercampur dengan hujan. Kau kesakitan
menahannya, aku panik dan membopongmu ke tempat dimana terdapat medis yang
mampu menanganimu. Aku berlari menggendongmu. Sepeda kita? Aku meninggalkannya.
Aku berlari sekuat tenaga meski tubuh ini kelu, hingga akhirnya kau tak
terselamatkan. Semua ini salahku, aku tak mampu menjagamu.
“Damailah disana Rinai,
sekarang kau telah menyelesaikan misi rahasiamu.” Aku menyukai hujan, menyukai
rinai hujan, dan menyukaimu Rinai.”
“Lihatlah rinai hujan diluar
sana, sebanyak itulah aku merindukanmu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar