Rabu, 24 Juli 2013

Antara Rinai dan Hujan


Lihatlah rinai hujan di luar sana, sebanyak itulah aku merindukanmu. Kata-kata mujarab yang selalu kau ungkapkan ketika hujan datang. Masih di bawah pohon trembesi, ku hirup sejuknya angin segar, tanah basah dengan aroma khasnya dan daun yang gugur di pangkuan.
“Hai Rinai, masihkah kau mengingatku?”
“Tentu.” Tersenyum simpul, duduk bersila disampingku, direrumputan hijau. Manis segar. Seperti biasa.
“Dahulu, aku sangat membenci hujan, karenanya aku tak bisa bermain bola di lapangan. Bermain bola! Itu kesukaanku Rinai. Karena hujan kita basah kuyup, flu dan sakit. Selama tiga hari aku tak bisa bertemu denganmu, canda tawa, dan diskusi kita tentang hujan yang tak pernah berujung dan berakhir. Tanpa titik dan koma.”
“Sekarang kau lebih banyak bicara.” Lagi-lagi Rinai tersenyum, wajah itu bersinar.
“Kau menularkan virus cerewetmu, kamu harus tahu itu! Kau menularkan virus rinai hujanmu, kamu harus tahu itu!” Lantang dengan senyum merekah, kuucapkan.
“Roger that, Sir! Aku sudah menyelesaikan misi rahasiaku. Ya. Membuatmu menyukai hujan.” Rinai muram, wajahnya meredup. Tak tersenyum lagi. Ia berlari sangat kencang, meninggalkanku hingga aku tak mampu melihat punggungnya. Ia menangis.
Hujan turun lagi, kali ini lebih deras. Aku menggigil, dingin, pilu, air mataku bercampur denganmu Rinai. Rinai hujan. Aku getir mengingat tragedi setahun yang lalu, ditempat ini, dalam derasnya hujan, kita berdansa dan berbahagia, bermain kejar-kejaran hingga tanpa kuduga kau berlari terlalu jauh. Jauh. Tak terjangkau olehku. Kau terjatuh di tanah beraspal, kepalamu berdarah bercampur dengan hujan. Kau kesakitan menahannya, aku panik dan membopongmu ke tempat dimana terdapat medis yang mampu menanganimu. Aku berlari menggendongmu. Sepeda kita? Aku meninggalkannya. Aku berlari sekuat tenaga meski tubuh ini kelu, hingga akhirnya kau tak terselamatkan. Semua ini salahku, aku tak mampu menjagamu.
“Damailah disana Rinai, sekarang kau telah menyelesaikan misi rahasiamu.” Aku menyukai hujan, menyukai rinai hujan, dan menyukaimu Rinai.”
“Lihatlah rinai hujan diluar sana, sebanyak itulah aku merindukanmu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar