Rabu, 10 Juli 2013

(Dia) Berhati Malaikat


Aku agak rikuh di malam itu, bertemu dan menjabat tangan mereka. Teman-teman aktivismu. Masih ku ingat kita berempat duduk bersama dibangku bambu yang soak di sana-sini, dibawah pohon kersen. Namun hal itu tak mengusikku, segar udara malam. Nyaman.

“Hai Tata.” Kuberikan ia seulas senyuman dan jabatan hangat. Aku menyukai gadis ini, saat pertama kali bertemu. Pejuang. Itu kesan pertamaku tentangnya.
“Hallo Mas... Ayra.” Aku memperkenalkan diri kepada kekasih Tata.

Aku, kamu dan mereka berdua. Berbicara sejenak mengenai proyek yang tengah kita kerjakan dan sedikit juga membicarakan gadismu. Karena Tata tahu, aku dan gadismu bersahabat baik. Mungkin mereka agak sedikit bingung, mengenai hubungan kita bertiga sebenarnya? Entahlah?

Akhirnya kau tarik aku, menjauhi mereka dan memesan dua porsi nasi goreng di warung sebelah. Aku mengeluarkan atribut skecth book dan spidol warna-warni untuk proyek kita. Lalu memperhatikanmu salah memesan menuku. Membuat bibirku sedikit manyun.
“Kan sudah ku bilang, aku nasi goreng tanpa saos, kecap aja dan sayuran agak banyak!” Protesku
“Tolong Ayra, jangan banyak mengeluh.” Aku sedang pusing!” Bentakan khasnya dengan nada rendah, memohon, yang selalu berhasil membuatku takut.
“Iya... Iya...” Cepat apa yang akan kau ceritakan tentang gadismu?”
“Ini rahasia, cukup aku dan kamu yang tahu. Kemarin dia bercerita setelah aku desak. Laki-laki berhati malaikat pilihannya telah menyentuhnya. Bagian tubuh itu Ayra dan aku tak menyangka. Itulah sebabnya aku tak mempercayainya, dia pintar mengolah kata dan seolah aku yang meninggalkannya.”

Aku terkejut dan diam, tak mempercayai semua ini. Aku tahu perasaanmu dan kau juga menyebut laki-laki itu berhati malaikat, seperti yang gadismu ungkapkan. Mungkin kau mencoba tegar, tapi aku tahu hatimu hancur berkeping-keping.

Gadis yang baik hati, ceria dan penuh semangat itu. Gadismu pernah bercerita kepadaku mengenai laki-laki itu, dia tampan dan sangat baik. Gadismu menyebutnya berhati malaikat, tidak sepertimu yang tempramental. Kalau soal watakmu, aku sangat sepakat dengannya. Waktu itu, gadismu sempat bergunjing tentangmu, dimana kamu menjelekkanku. Aku tersinggung dan terbakar hasutan itu. Lalu, aku sebagai sahabat memberinya saran untuk lebih memilih laki-laki itu daripada kamu. Ya, sesuai dengan apa yang diceritakannya. (Dia) berhati malaikat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar