Mungkin sebagian besar orang mempunyai pikiran yang sama persis
mengenai kata kerja makan. Mereka mengartikannya sebagai suatu rutinitas
yang harus ditunaikan setiap hari, sebagai sebuah kebutuhan dasar untuk
sumber energi tubuh, penggerak tubuh. Namun bagiku arti makan bukan
sekedar itu. Makan itu suatu kenikmatan dari Tuhanmu, bagaimana kau bersyukur atas partikel organik yang kemudian kau kunyah dan melumurinya dengan
liur. Itu mengasyikan. Disini aku belajar dengan tubuhku arti building
team, diawali menganganya mulut, meletakkan bertriliunan partikel
organik diposisi yang paling nyaman, taring, seri dan geraham
menjalankan fungsinya, dibantu goyangan lidah. Berjuta rasa kau nikmati,
aku tak mampu mendeskripsikannya satu per satu. Nikmat! Mungkin kata
ini sedikit mewakilinya. Setelah kau lumat, ia akan bergeser ke
kerongkongan dengan gerakan yang luar biasa. Peristaltik. Membentuk
bongkahan yang bahkan mengalahkan mesin-mesin. Ya? Inilah mesin Tuhan
kawan. Tak berhenti disini, bongkahan bernama makanan itu melanjutkan
alurnya menuju lambung dengan enzim-enzim hidup dengan semua spesifikasi
kunci dan gembok yang rumit, lalu ia menuju usus halus, diarea ini
pundi-pundi (sari) makanan akan diserap dan dialirkan keseluruh tubuh,
setelahnya pundi-pundi itu menurun kualitasnya menjadi zat sisa dan
dibusukkan di usus besar. Hehe. Membusuk dan keluarlah. Mulai dari awal
nikmat dan berakhir dengan nikmat. Inilah kasih Tuhanmu. Makan bukan
hanya sekedar makan, jika kita mau berpikir sedikit jauh.
Pagi itu aku berjalan dengan mata sedikit berkantung akibat tidur larut, ku sobek roti lembut berisi coklat dengan taringku dan ku genggam susu rasa netral segar ditangan kiriku. Kunyah-teguk-senyum-tengok kanan kiri-menyebrang jalan menuju gang tikus dimana aku melangsungkan study S1 ku.Tak kupedulikan polusi kendaraan bermotor yang pasti menempel di lembutnya tekstur roti coklatku. Terima kasih Tuhan, makananmu begitu nikmat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar